PetungKriyono The Hidden Paradise

Petungkriyono, 28 Desember 2022

Petungkriyono adalah nama sebuah kecamatan di kabupaten Pekalongan. Kecamatan Petungkriyana merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian antara 600-2100 meter di atas permukaan air laut (Mdpl) menjadikan daerah ini terbilang cukup dingin. Bagian selatan daerah ini berbatasan langsung dengan dataran tinggi Dieng.    

Pada tanggal 26 Desember 2022 lalu kami keluarga besar, berkunjung ke Petungkriyono untuk acara kumpul keluarga sekaligus camping di alam terbuka. Kami berangkat dari 3 kota yang berbeda, rombongan 1 berangkat dari Kodya Pekalongan, rombongan 2 berangkat dari Jogja dan rombongan 3 berangkat dari Bogor, dengan satu tujuan Curug Lawe (koordinat -7.136395763928382, 109.73303179824059) kecamatan Petungkriyono, kabupaten Pekalongan, yang berada pada diketinggian 1200 mdpl. 

Kami janjian untuk bertemu di lokasi pada pukul 13:00, namun itu bukan harga mati, karena ini acara keluarga jadi waktu sangat fleksibel yang penting "enjoy". 

Tim dari Pekalongan adalah tim pioner yang paling awal sampai dilokasi, dan langsung menuju Warung Puncak Bu Siti (-7.149273775231842, 109.73999675816403) warung terfavorit di daerah sini, untuk bersantap siang. Sementara tim Pekalongan bersantap siang dan setelah itu pamer foto2 di hutan pinus, sampai kehabisan gaya, tim dari Bogor masih menyusuri hutan tropis melalui jalan kecil yang berkelok-kelok. Saking kecilnya jalan kadang mengharuskan kami untuk berhenti bila berpapasan dengan mobil lain. Mengikuti jejak tim dari Pekalongan, tim Bogor pun langsung menuju warung di lokasi yang di-share oleh tim Pekalongan untuk bersantap siang. Tidak lama berselang tim dari Jogja pun menyusul. 

Menjelang petang, ternyata aliran listrik PLN yang menerangi area perkemahan padam. Usut punya usut ternyata gangguan PLN cukup luas. Listrik di kota kabupaten Pekalongan infonya juga padam. Belum selesai satu masalah, masalah lain muncul. Saat langit sudah mulai gelap, hujan mulai turun, makin lama semakin lebat. Melihat situasi semakin memburuk, pengelola perkemahan menyaran kami untuk mengungsi ke rumah penduduk. Kecuali saya, anggota rombongan mengikuti himbauan pengelola perkemahan. Saya pikir, justru saat-saat seperti inilah yang disebut camping. Kalau mau nyaman-nyaman saja ngapain camping, tidur saja dirumah. Saya pun sendirian di perkemahan. karena capek diperjalanan saya mencoba untuk rebahan dan tidak terasa saya pun tertidur. Saya terbangun saat ada kegaduhan orang yang sedang memasang tenda. 
 

Pengelola perkemahan ternyata menambah 2 tenda yang kami pesan. Dan saya mendapat sebuah lampu kecil tenaga batere untuk penerangan di dalam tenda. Lampu itu sangat kecil namun cukup terang untuk mengusir gelapnya malam di dalam tenda. Setelah menyerahkan lampu, kemudian pengelola perkemahan membujuk saya untuk turut mengungsi ke rumah penduduk, sekalian untuk makan malam. dan.... saya pun menyerah. melangkah keluar tenda menuju rumah penduduk.



bersambung # <<keseruan hujan dan mati listrik>> 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Yang Tertukar

Kecerdasan buatan - Artificial Intelegent